KHAIRA UMMATIN
“Kalian adalah umat terbaik yang diciptakan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imron, 3 : 110)
BAYAN HIDAYAH
Kita mesti bersyukur kepada Allah SWT, yang telah mengenalkan usaha yang mulia yakni usaha anbiya as untuk mengenalkan iman kepada setiap manusia ke seluruh alam.Untuk memahami maksud kerja ini perlu pengorbanan. Maka korban seseorangyang terbiasa berbicara di mimbar adalah ketika ia diputus oleh amir untuk menjadi khidmat, melayani anggota jamaah yang lain, menyiapkan makanan-minuman, mencuci piring dan gelas.
Dan korban seorang yang tidak terbiasa berbicara di depan adalah ketika ia di putus untuk bayan. Semua pengorbanan ini insya Allah akan mendatangkan hidayah.Pernah suatu ketika seorang Perancis keturunan Arab bergabung dalam rombongan. Suatu saat ia diputuas untuk bayan. Orang-orang mengira bahwa ia adalah orang yang pintar dalam agama. Mulailah ia berbicara di mimbar.
Setelah selesai dengan pembukaan, tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Mukanya pucat-pasi. Air mata seakan-akan mau keluar dari matanya. Maka salah satu yang hadir dalam masjid tersebut segera angkat bicara, “Wahai Tuan-tuan. Lihatlah! Orang ini dilihat dari raut wajahnya masih keturunan nabi insya Allah. Ia sangatlah mencemaskan dan memikirkan kondisi kita yang hadir di sini, sehingga tidak ada satu patah katapun yang mampu keluar dari mulutnya. Beliau memikirkan bagaimana kita yang hadir ini dapat mengambil kerja dalam usaha ini. Maka Tuan-Tuan marilah kita semua yang hadir untuk turut serta keluar di jalan Allah seperti yang telah dilakukan Saudara kita.” Ajaib, seluruh jamaah yang hadir kemudian menyatakan diri untuk bergabung dan mengambil usaha ini saat itu juga.
Dalam kita keluar di jalan Allah ini mestilah memiliki maksud dan tujuan sbb :
1.Ishlah diri
2.Mengeluarkan jamaah cash
3.Menghidupkan maqami Da’wah yang diterima oleh Allah SWT,
sebagaimana shalat, adalah da’wah yang tertib mengikuti arahan masyaikh dan orang-orang yang telah ambil usaha ini lebih dahulu. Di Pakistan dan India selalu di serukan setiap kali orang keluar di jalan Allah untuk selalu berjalan di atas tertib.Ta’lim mestilah dilakukan dalam masa 4 (empat) jam dalam sehari semalam.Ta’lim pagi dan dilanjutkan ta’lim sesudah dhuhur atau menjelang ashar.Dalam ta’lim yang 4 (empat) jam tersebut mestilah ada halaqah qur’an selama 30 menit dan mudzakarah 6 (enam) sifat selama 1 (satu) jam.
Halaqah qur’an sesuai tertib adalah dibagi menurut banyaknya jumlah orang dalam jamaah yang telah bisa membaca qur’an secara tertil benar tajwid maupun makhrajnya. Apabila dalam jamaah hanya ada 1 (satu) orang yang bisa membaca dengan tartil dan benar tajwid maupun makhrajnya maka cukuplah dibentuk 1 (satu) halaqah saja. Bukan untuk semata-mata mengejar 10(sepuluh) surat terakhir. Di Pakistan dan juga India setiap orang yang keluar di jalan Allah taruhlah semasa 40 (empat puluh) hari, maka diharapkan di setiap harinya setiap anggota rombongan minimal mampu mengahafal 1 (satu) ayat dengan benar mahraj maupun tajwidnya. Sehingga diharapkan dalam masa 40 (empat puluh) hari setiap anggota jamaah yang keluar telah memiliki tambahan hafalan baru sebanyak 40 (empat puluh)ayat.
Sehingga apabila seseorang telah selesai keluar 40 (empat puluh)hari, ketika pulang kembali ke mahalah (masjid di mana ia tinggal), saat imam masjid berhalangan hadir, ia diharapkan mampu untuk menggantikannya sebagai imam. Metode ini telah dipraktekkan oleh seorang profesor yang mengajar di salah satu universitas di India sehingga dalam waktu 5 (lima)tahun beliau telah mampu menghafal keseluruhan al-Qur’an. Kemudian juga menjadi tugas amir adalah untuk memastikan anggotanya selama keluar 40(empa puluh) hari itu bisa minimal khatam qur’an 1 (satu) kali.
Perkara penting berikutnya dalam ta’lim adalah mudzakarah 6 (enam) sifat.Dalam mudzakarah ini haruslah diberikan kesempatan setiap anggota jamaahminimal 15 (lima belas) menit, sehingga dalam mudzakarah 6 (enam) sifatini maksimal pembentukan halaqahnya adalah 4 (empat) orang yang berartidalam 1 (satu) jam setiap orang dalam halaqah tersebut memiliki kesempatan15 (lima belas) menit. Sangatlah sayang apabila tertib ini tidak dijalankan sebagaimana mestinya sehingga telah banyak kita jumpai banyak karkun yang telah keluar panjang pun masih mencontek buku, belum bisa menghafal 6 (enam) sifat ini, padahal maksud keluar yakni ishlah diriadalah bagaimana ke-6 (enam) sifat tersebut ada pada diri kita.
Dan tangga pertama untuk mewujudkan 6 (enam) sifat tersebut adalah dengan menghafalnya.Pertolongan Allah bersama jamaah Setiap anggota jamaah mestilah selalu diberi tahu untuk senantiasa mengutamakan amal-amal ijtima’i (bersama) dibandingkan amal-amal infiradhi(individu). Amal ijtima’i ini akan mendatangkan pertolongan Allah. Ulama mengatakan bahwa seandainya dahulu Thariq bin Ziyad dan salah satu panglima perang lainnya tidak berpecah hati dan mengutamakan jamaah, maka hari ini akan kita lihat Eropa telah menjadi milik umat Islam. Kurang perhatian pada amal ijtima’i telah menghentikan nusrah (pertolongan AllahSWT, sehingga perkembangan Islam terhenti. Kemudian, bagaimana kita buat amalan bayan (ceramah penerangan maksud keluar di jalan Allah) kepada jamaah tempatan? Hal ini perlu dan mesti memperhatikan situasi dan kondisi tempatan.
Waktu bayan mestilah tidak terlalu panjang. Cukup 15-20 menit, terkecuali situasi tempatan memang memungkinkan. Dalam bayan mestilah ada tasykil. Akan tetapi tasykil yang bijak. Kita tawarkan kepada orang-orang tempatan untuk memnemani kita selama 3 (tiga) hari di masjid mereka. Atau bolehlah dengan kalimat,“Bapak-bapak kami serombongan ini keluar selama 40 (empat) puluh hari untuk ishlah diri untuk belajar mengikuti da’wah dan sunnah nabi serta sahabat, maka kami mengajak Bapak-Bapak untuk menyertai kami semasa ada waktu.” Jangan menyerukan di atas mimbar tasykil seperti dimarkas untuk keluar 4 (empat) bulan, 40 (empat puluh) hari.
Mereka yang belum paham akan lari dari jamaah dan akibatnya ketika masjid di datangi rombongan orang-orang enggan untuk masuk masjid. Takut tasykil. Kalau kita saja yang telah ambil usaha ini seringkali takut untuk ditasykil, apala lagi mereka-mereka yang belum pernah keluar sama sekali. Tasykil yang lebih efektif adalah ketika dilakukan secara infiradhi, face to face. Maka setiap anggota rombongan hendaknya mendekati orang per orang. Bicara dari hati ke hati dengan penuh perhatian dan kasih sayang.Orang yang telah tertasykil dan ia telah menyatakan keniatannya untuk bergabung dalam usaha ini mestilah ditindaklanjuti dengan ushuli(mendatangi untuk maksud mengajak) keluar sesuai waktu yang telah ia cadangkan.
Saat di Pakistan, pernah mendapatkan tasykilan di suatu masjid. Maka ketika telah sampai pada tanggal yang dimaksud,seorang Pakistan yang mendampingi jamaah telah membangunkan di saat dinihari untuk ushuli ke orang tersebut karena jarak masjid yang cukup jauh dan ini merupakan jamaah jalan kaki sehingga perlu waktu yang lama untuk sampai ke rumah orang tersebut. Ushuli merupakan wujud tanggung jawab kita setelah seseorang yang kita tasykil menyambut ajakan kita. Mestilah juga selalu ditekankan bahwa amalan ini bukanlah amal sesuatu golongan. Amalan ini adalah amalan masjid dan merupakan kerja setiap orang Islam. Maka setiap kali rombongan datang ke masjid mestilah mengusahakan agar amalan masjid Nabi bisa terlaksana di tempat tersebut. Yakni da’wah,ta’lim wa ta’alum, dzikir ibadah dan khidmat.
Maka di setiap masjid yang ditempati minimal kita usahakan hidup ta’lim kitabi fadhilah a’mal.Sehingga kesungguhan dan kesemangatan umat untuk mengamalkan agama wujud dalam masyarakat masjid tersebut.Bagaimana ketika kita pindah masjid? Ketika kita telah sampai ke masjidyang kita tuju hendaknya pertama-tama adalah kita dirikan shalat tahiyatulmasjid 2 (dua) rakaat dan diikuti shalat hajat 2 (dua) rakaat dengan permohonan sungguh-sungguh agar maksud dan tujuan kita yang 3 (tiga) yakni ishlah diri, pengeluaran rombongan dan maqami dapat tercapai. Maka selesai shalat kita mestilah segera bermusyawarah untuk berfikir bersama bagaimana maksud dan tujuan kita keluar tersebut tercapai.
Saat mendatangi orang-orang khusus tempatan seperti ta’mir, ketua RT maupun ulama mestilah kita berbicara dengan bijak. Saat bertemu ta’mir dan ketua RT mestilah kita sisipkan pembicaraan da’wah. Bolehlah saat berbicara dengan ketua RT kita sanjung beliau. Bahwa beliau telah banyak diberikan kemuliaan oleh Allah swt. Dan kita katakan apabila kemuliaan tersebut digunakan untuk membantu agama, insya Allah Allah akan berikan anugerah jabatan yang lebih tinggi. Mungkin menjadi lurah atau camat. Akan tetapi saat bertemu ulama berbicaralah dengan merendahkan diri .Katakanlah bahwa kita adalah santri-santri beliau yang siap mendengarkan nasihat dan arahan dari beliau. Janganlah berbicara da’wah pada beliau bahkan karghozari (laporan dan cerita usaha da’wah) pun jangan.Terkecuali beliau memang menanyakannya kepada kita. Jagalah adab-adab ini sehingga da’wah kita berhasil.
Keluarlah di jalan Allah dalam keadaan ringan maupun berat. Dalam keadaan longgar maupun sempit. Para sahabat telah memberikan banyak korban dijalan Allah. Seorang sahabat nabi yang akan melangsungkan pernikahan,ketika datang panggilan jihad telah memilih jihad. Dan, ia terbunuh dijalan Allah. Nabi saw melihat bahwa ruhnya telah menjadi rebutan parabidadari dan ketika salah satu bidadari tersingkap betisnya Rasulullah sawmemalingkan wajah beliau yang suci karena malu.
Seorang sahabat yang lain,Abu Ayyub al-Anshari ra telah meninggal di Konstantinopel saat perjalanan jihad dan da’wah. Mayat beliau di tanam di luar benteng musuh. Saat malam para penduduk dalam benteng telah melihat cahaya yang terang mengarah kelangit dari tempat tersebut. Mereka bertanya kepada pasukan muslim apakah yang telah mereka letakkan di luar beteng. Ketika mengetahui bahwa cahaya tersebut berasal dari kubur Abu Ayyub ra mereka pun berbondong-bondongmasuk Islam. Lihatlah bahkan orang yang bersungguh-sungguh berjuang dijalan Allah, matinya pun telah menyebarkan hidayah.
Maulana Yusuf rah.aketika beliau memberikan bayan di Lahore, tiba-tiba beliau terjatuh.Segera orang-orang menggotong beliau ke belakang. Tak lama setelah itu beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Jenazahnya kemudian dibawa dengan kereta api ke Nizhamuddin untuk dikuburkan. Ketika ibunda beliau melihat jenazahnya berkata,”Yusuf…Yusuf kamu tidak pernah beristirahat (dalam usaha da’wah ini). Beristirahatlah kamu sekarang dengan tenang…”.Begitulah, para pendahulu-pendahulu kita telah mati dalam da’wah. Maka mengapakah kita ketika sakit di saat keluar di jalan Allah ingin dipulangkan ke rumah? Tidakkah ada keinginan di hati kita untuk mati dijalan Allah? Janganlah mundur dari da’wah sejengkalpun
0 komentar:
Posting Komentar